KOPERASI PERUSAHAAN BIASA
Sularso
Pernyataan saya tentang “koperasi adalah perusahaan
biasa, yang melakukan kegiatan sebagaimana yang dilakukan oleh orang biasa,
dan untuk mensukseskannya tidak perlu bantuan dukun dan paranormal”, memang
merupakan provokasi untuk merarik tang-gapan. Meskipun tak banyak yang
menanggapi.
Pernyataan tersebut mungkin menimbulkan
kesalahpahaman, terlalu pragmatik, tidak punya landasan ideologi dan tidak beda
dengan perusahaan lainnya,. Jika saya tulis lengkap, maka landasan ideologi
berada pada kalimat pertama yang berbunyi: “koperasi menerima dan melaksanakan
nilai-nilai dan prinsip-prinsip koperasi” (ICIS). Sedang bedanya dengan
perusahaan non koperasi terletak pada “orientasi”nya. Koperasi berorientasi
kepada pengguna jasa yang bergabung dalam pewadahan asosiasi (“kumpulan”)
orang, atau user oriented firm (UOF); dan perusahaan non koperasi berorientasi
kepada kapitalis investornya atau “investor oriented firm” (IOF). Perbedaan
yang lain sebaiknya tak terlalu diindahkan. Pembagian SHU atau laba
masing-masing berbeda, koperasi berdasar partisipasi ekonomi anggota, sedang
perusahaan non koperasi berdasar besarnya investasi pemegang saham. Tetapi
keduanya sama, yaitu sesuai dengan orientasinya. Dalam aspek mikro, perusahaan,
keduanya banyak persa-maannya. Dan seharusnya koperasi tidak menggunakan
istilah khusus yang hanya bisa dimengerti dan dipergunakan oleh koperasi. Seharusnya
menggunakan istilah yang tercantum dalam entri kamus atau ensiklopedi sehingga
memiliki arti umum yang sama.
Saya suka membuat “simplifikasi” sasaran antara
untuk mencapai tujuan koperasi, yaitu berkoperasi
sama dengan membangun “Bank” dalam bentuk KSP, membangun “Toko” untuk koperasi
konsumen, dan “Pabrik” untuk koperasi produsen. Tahun delapan puluhan saya
sebut “Tiga Roda”. Tampaknya yang dapat
berkembang hanya KSP, sektor keuangan. Sedang Toko dan Pabrik termasuk sektor
riil yang umumnya tidak berkembang.
Antara lain diperlukan modal untuk investasi dan modal kerja, sedang
umumnya koperasi tidak punya modal. Jangan diskusi macam-macamlah, tetapi
tolong pecahkan masalah ini.
Mungkin saya dianggap menambah pengutamaan aspek fisik
dengan konsep Tiga Roda tersebut. Tetapi saya juga memperhatikan motivasi
anggota, dimana kesediaan seseorang bergabung menjadi anggota koperasi
didasarkan atas motif ekonomi yang rasional, yakni keinginan untuk memperoleh
“insentif materiil” yang lebih baik ketimbang berusaha sendiri dalam skala yang
kecil. Jika koperasi tidak mampu memenuhi keinginan itu, maka ia akan ditinggalkan
anggotanya.
Bagaimana dengan aspek kelembagaan, managemen,
sumber SDM dan pendidikan. Aspek tersebut penting dan berfungsi sebagai sarana
untuk mencapai tujuan.
Jakarta, 151115 (sularso.m@gmail.com)
0 comments:
Post a Comment