Pak Bima Kartika Mempertanyakan Perkembangan “Integrated Farming” di Desa Wlahar
Wetan, Kecamatan Kalibagor, Kab. Banyumas
Pak
Bima Kartka, dalam kapasitasnya sebagai Kabid Koperasi Dinkop Jawa Tengah,
memiliki perhatian serius terhadap tindaklanjut dari pegelaran seminar “kedaulatan pangan melalui Integrated Farming
berbasis koperasi pemberdaya” yang
di gelar tangal 20 Oktober 2016 kemarin di Fakultas Pertanian Unsoed. Bahkan
beliau sengaja mengundang ke ruang kerjanya usai rapat koordinasi pengembangan retail
yang kebetulan juga dihadiri oleh sebagian penggagas integrated farming di Purwokerto, antara lain Muhammad Arsad D
(Dekopinda Banyumas) dan Herliana (Ketua Kopkun). Namun berbeda dengan Om Herry
yang memang menyengajakan diri membelokkan rencana baliknya ke Purwokerto.
Beliau menyusul ke Semarang setelah beberapa hari menjeburkan diri dalam agenda
pemberdayaan di Kabupaten lampung timur.Sebuah keseriusan dan penjiwaan
perjuangan yang luar biasa......
Berlangsung
di ruang kerja Pak Bima, beliau memulai diskusi
dengan tanya seputar perkembangan terakhir di Desa Wlahar Wetan dimana Kepala Desanya
(Pak Dodit) menyediakan 80 ha untuk dijadikan sebagai contoh integrated
farming. Om Herry, selaku aktivis yang memang concern mengawal agenda
Wlahar ini menyampaikan seputar apa-apa yang sudah dilakukan pasca seminar dan
hal-hal yang akan dlakukan berikutnya di Desa Wlahar Wetan. Dari penjelasannya,
diperoleh informasi akan dilakukan uji coba pada skala 1 (satu) ha dengan
menggunakan 2 (dua) metode, yaitu metode lama (yang biasa dilakukan oleh
masyarakat wlahar wetan) dan metode baru. Disatu sisi, hal ini dimaksudkan
untuk mendapati fakta perbedaan out put,
penggunaan 2 (dua) metode ini juga bagian cara meng-edukasi masyarakat dan
membangun keyakinan terhadap efektivitas perubahan pola. Dengan demikian,
perubahan pola oleh para petani akan berlangsung atas dasar kesadaran dan
keyakinannya sendiri. "Kita hanya perlu memastikan bahwa minimal warga bisa memenuhi apa yang menjadi kebutuhan mereka dengan optimalisasi yang ada di desa mereka sendiri", tandas Om Herry menguatkan visi perjuangan.
“Magnet “integrated
farming” ini harus di konstruktifkan ke dalam karya tersistematis dan
bernilai manfaat nyata bagi pemberdayaan masyarakat, khususnya petani. Oleh
karena itu, perlu di susun mapping peran sehingga melahirkan sinergitas
produktif”, demikian saran Pak Bima kartika. Sementara itu, Pak Cahyo, staff Dinkop Jateng
mengingatkan, “disamping aspek produksi, aspek pemasaran perlu di formula sehingga
menjawab hulu sampai hilir”. Om Herry sepakat bahwa kerja pemberdayaan ini
harus disistematisir secara cerdas sehingga efektif mencapai sasarannya. Pak
Arsad menekankan bahwa koperasi diyakini sebagai bentuk kelembagaan terbaik
untuk menaungi perjuangan besar ini, karena koperasi merupakan organisasi
berbasis pemberdayaan dan meng-agungkan kebersamaan dan kegotongroyongan. Pak Herly juga menguatkan pendapat nilai strategis koperasi sebagai media yang tepat dalam perjuangan ini.
Spirit
pemberdayaan adalah roh dari gerakan ini. Oleh karena itu, penyadaran masyarakat
menjadi agenda mutlak yang harus dilakukan sehingga semua bergerak sesuai
perannya masing-masing. Oleh karena itu,pencerdasan yang dilakukan dimaksudkan
untuk membangun kemandirian dan menghindarkan ketergantungan. Para pemilik formula dan teknologi terbarukan
juga perlu didorong sehingga merasa terpanggil untuk menjadi bagian dari
gerakan besar ini. Sebab, semakin banyak para orang-orang pintar yang komit
terhadap perjuangan integrated farming
berbasis organic farming, maka semakin besar peluang efektivitas dan akselerasi
perjuangan besar ini.
Dipenghujung pertemuan, Pak Bima Kartika berkomitmen untuk mendukung perjuangan ini semaksimal mungkin demi kemajuan petani dan bagian dari berkontribusi bagi perjuangan kedaulatan pangan di negeri tercinta ini.
0 comments:
Post a Comment