BAPPEDALITBANG KAB. BANYUMAS MENGGAGAS
PENINGKATAN KUALITAS & KUANTITAS GULA KELAPA
Purwokerto,
28 Agustus 2019. Dalam rangka merumuskan rencanan program dan kegiatan
tahun 2020 secara komprehensif untuk mencapai target RPJMD 2018-2023 di
Kabupaten Banyumas, Bappeda litbang Kab banyumas menggelar FGD (Focus Group
Discussion) tentang gula kelapa. FGD kali bertemakan “ Peningkatan Kualitas Produksi Gula Kelapa
Standar Ekspor dan Keselamatan Petani Penderes di Kabupaten Banyumas”.
FGD ini dihadiri oleh stake holder antara lain; OPD di lingkungan Pemkab
Banyumas; Bank Indonesia; pelaku usaha yang sudah sukses ekspor maupun yang
fokusnya pangsa pasar lokal; Universitas di lingkungan Kab.Banyumas, BI, OJK,
Forum CSR, LSM pemerhati gula kelapa; Dekopinda; Hipmi dan; Kadin Banyumas. FGD
ini terselenggara di Aula Bappedalitbang Kab Banyumas

Tema ini
menarik mengingat bahwa gula kelapa merupakan komoditas unggulan dan kebanggaan
Banyumas. Data menunjukkan bahwa Banyumas merupakan penghasil gula kelapa
tertinggi di Indonesia dan Indonesia menempati posisi kedua di dunia. Artinya,
kontrubusi Banyumas dalam komoditas ini sangat strategis. Oleh karena itu,
tidak berlebihan menyematkan para penderes gula kelapa yang berjumlah lebih
kurang 26.580 orang itu selaku pahlawan devisa, khususnya bagi Banyumas. Namun
demikian, ada beberapa hal yang memerlukan perhatian yaitu angka kecelakaan
tinggi & santunan kecelakaan. Data Oktober 2017 menunjukkan 135 terjatuh
yang mengakibatkan 53 meninggal dan 85 cacat. Oleh karena itu,
Pemkab Banyumas sedang meng-campaign perlunya pemakaian alat keselamatan (safety belt) sehingga meminimalisasi
resiko penderes saat memanjat pohon.
Sebagai
komoditas unggulan, gula kelapa perlu ditingkatkan dari hulu sampai hilir melalui
pendekatan komprehensif. Dari hulu perlu memperhatikan pohon dan
pengrajin/penderes. Disamping itu, pola kemitraan antara pengrajin, pengepul,
eksportir dan stake holder lainnya
sehingga terbangun ekosistem dan iklim yang
lebih produktif di lingkar komoditas ini.
Beberapa
permasalahan di lingkar IKM Gula Kelapa terjelaskan sebagai berikut yaitu :
1. Mutu produk
belum standar, seperti; produk kotor; tidak hygienis; masih ada yang
menggunakan pengawet kimia & campuran bahan lain; dan mutu bahan baku
snagat dipengaruhi oleh cuaca.
2. Volume
produksi belum optimal karena volume bahan baku nira yang tidak maksimal
3. Keterbatasan
sarana dan prasarana produksi, seperti; peralatan masih manual/tradisionla.
Using dan kurang lengkap; dapur belum memenuhi ketentuan untuk masuk kategori
sehat/bersih.
4. Kompetensi
SDM Penderes/IKM, seperti; tingkat pendidikan rendah sehingga sulit diberikan
pembinaan; motivasi usaha rendah dalam arti tidak vioner; belum memahami cara
produksi yang baik % hiegenis
5. Permodalan
usaha yang minim sehingga terikat dengan tengkulak (pengepul) dan masih sulit
meng-akses permodalan dari sumber lain karena belum bankable.
Atas ragam
persoalan tersebut, pemerintah berupaya melakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Peningkatan
volume produksi dan mutu gula kelapa melalui pelatihan, bimtek, fasilitasi standarisasi
(HACCP,SNI dsb), fasilitasi dapur sehat.
2. Bantuan
bibit pohon kelapa berkualitas untuk peremajaan pohon
3. Pembinaan
berupa pelatihan tatacara budidaya tanaman kelapa yang baik serta pengolahan
gula kelapa
4. Fasilitasi
permodalan melalui dana bergulir maupun perbankan (KUR/Kredit Mitra Jateng 25
atau Mitra Jateng 02)
5. Pembentukan
kelompok usaha, koperasi dan assosisasi gula kelapa
6. Pembentukan
klaster gula kelapa melalui FEDEP (Forum for economic development and
employment promotion)
7. Perluasan
akses IKM pada pemanfaatan teknologi informasi khususnya pemasaran online
malalui market place
8. Pemberian
santunan kecelakaan kepada penderes gula kelapa.
9. Sinergitas
antar SKPD/OPD terkait di Pemkab Banyumas dan Prov Jawa Tengah
10. Kerjasama
dengan LIPI,LSM,P3R, Perbankan, Dunia Usaha serta asosisasi.
11. Kerjasama
dengan BUMN/BUMD/Swasta dengan program SCR/PKBL dan membentuk forum komunikasi
PKBL/CSR
Kepala Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan Kab Banyumas, Bapak Widarso dalam presentasinya
menyampaikan beberapa point penting :
1. Komoditas
gula kelapa adalah produk ungulan sehingga sangat perlu dilakukan upaya
komprehensif dalam rangka peningkatan out
put dan outcome.
2. Dinas
pertanian memfasilitasi sepenuhnya untuk perolehan legalitas lahan organik.
3. Budidaya organic
itu tidak menggunakan bahan sintesis (pupuk dan pestisida kimia).
4. Berharap
terbangunnya integrasi antara sub system dari siklus on farm dan off
farm gula kelapa, sehingga lebih mendorong tumbuhkembang dan lebih
men-sejahterakan.
5. Kita
berharap lewat produk gula akan mengangkat kemartabatan ekonomi masyarakat
Banyumas.
6. Beberapa
persoalan petani penderes/gula kelapa; usia tanaman kelapa banyak sudah tua;
terlalu tinggi, usia penderes banyak sudah tua; tingkat kecelakaan tinggi,
banyak yang belum membentuk kelompok dan belum menjadi anggota koperasi; rawa
kecelakaan.
7. Beberapa
upaya yang akan dilakukan; peremajaan tanaman dengan varietas kelapa yang
lambat tinggi; alat pengaman (masih dalam uji coba); pemberian santunan
kecelakaan penderes dan; BPJS ketenagakerjaan.
“Ekspor Jawa Tengah masih kalah dengan impor”,
demikian disampaikan staff Disperindag Prov Jawa Tengah dalam di awal
presentasinya. Hal ini menjadi tugas bersama dalam meningkatkan ekspor. “Banyak potensi daerah yang belum dikembangkan”,
merupakan faktor utama yang menyebabkan rendahnya ekspor. Sejalan dengan
itu, Jawa Tengah diberikan jatah titik-titik pertumbuhan ekonomi, yang antara
lain Kendal & kebumen. Sejalan dengan itu, pemrpov berharap komoditas gula
kelapa semakin tinggi kontribusi eksportnya. 3 (tiga) mandat Gubernur
Jawa Tengah kepada Disperindag Prov Jawa Tengah, yaitu Peningkatan penggunaan
produk dalam negeri, perluasan pasar non-tradisional dan peningkatan pengawasan
barang dan jasa yang beredar. Dalam perluasan pasar non-tradisional dilakukan
beberapa upaya, yaitu :diversifikasi pasar ekspor, peningkatan standard mutu
produk dan peningkatan promosi pasar luar negeri. Dalam rangkan meningkatkan
kinerja ekonomi, Jawa Tengah melakukan langkah-langkah sebagai berikut : dorong
investasi industry strategis, pengembangan infrastruktur, penguatan SDM, dorong
ekspor, subsitutsi impor dan pengembangan pariwisata.
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete